
Dalam dunia periklanan luar ruang (Out-of-Home/OOH), eksposur besar adalah keunggulan—namun juga dapat menjadi pedang bermata dua. Sebuah billboard yang berlokasi strategis bisa memberikan visibilitas tinggi, namun sekaligus memperbesar risiko jika pesan yang ditampilkan dianggap kontroversial, sensitif, atau menimbulkan salah tafsir.
Di Indonesia, masyarakat yang aktif di media sosial dan nilai-nilai lokal yang kuat menjadikan reaksi publik terhadap iklan bisa sangat cepat dan luas. Oleh karena itu, perusahaan OOH maupun pengiklan perlu memiliki strategi manajemen krisis yang solid.
1. Mengidentifikasi Potensi Krisis Sejak Dini
Tidak semua krisis terjadi karena kesalahan besar. Beberapa disebabkan oleh:
- Visual atau kata-kata yang dianggap tidak sensitif secara budaya atau agama
- Iklan yang terlalu provokatif di lokasi konservatif
- Kesalahan teknis (misalnya typo, gambar rusak, atau kesalahan identitas merek)
- Perubahan kondisi sosial yang membuat iklan menjadi tidak relevan atau menyinggung (misal: pandemi, bencana alam, isu politik)
Tips: Lakukan review konten iklan oleh tim yang memahami konteks budaya dan sosial tiap kota di Indonesia.
2. Memantau Umpan Balik Secara Aktif
Manajemen krisis dimulai dari kesadaran. Gunakan tools berikut untuk memantau potensi reaksi publik:
- Media sosial monitoring (keyword nama merek, lokasi billboard, hashtag)
- Google Alert untuk berita yang menyebut iklan Anda
- Laporan dari mitra lokal (misal warga atau pemilik properti lokasi billboard)
- CCTV atau dokumentasi visual dari papan iklan untuk melihat jika terjadi vandalisme
Catatan: Waktu respons sangat penting. Reaksi pertama publik biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sejak viral.
3. Prosedur Tanggap Darurat
Jika kontroversi mulai muncul, berikut langkah strategis:
- Tinjau dan Verifikasi Masalah: Pastikan sumber masalahnya jelas — apakah dari desain visual, teks, lokasi, atau konteks waktu?
- Berkoordinasi dengan Klien: Berikan laporan awal kepada pengiklan dan tawarkan opsi mitigasi. Transparansi adalah kunci.
- Lakukan Tindakan Cepat
Beberapa opsi tanggapan cepat:
- Menurunkan atau menutup iklan sementara
- Mengganti materi kreatif
- Menambahkan penjelasan atau disclaimer sementara
- Merilis pernyataan resmi di media sosial/perusahaan
Jangan lupa: Tindakan cepat lebih baik daripada membiarkan opini publik berkembang tanpa kendali.
4. Menyusun Komunikasi Publik yang Efektif
Komunikasi yang buruk bisa memperparah krisis. Saat membuat pernyataan, pastikan:
- Nada bicara tetap profesional dan tidak defensif
- Mengakui adanya kekeliruan jika memang terjadi
- Menunjukkan empati terhadap pihak yang merasa tersinggung
- Menjelaskan langkah korektif yang telah/akan dilakukan
Contoh pendek pernyataan resmi:
"Kami memahami bahwa materi iklan kami di lokasi [nama lokasi] telah menimbulkan kekhawatiran. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan saat ini sedang mengambil langkah untuk meninjau dan memperbaiki hal tersebut."
5. Pembelajaran dan Pencegahan ke Depan
Kesalahan adalah guru terbaik. Setelah situasi mereda, lakukan evaluasi internal:
- Apakah SOP persetujuan materi sudah cukup ketat?
- Apakah ada tahapan pengecekan lokal atau uji publik sebelum peluncuran?
- Apakah ada pelatihan sensitivitas budaya dalam tim kreatif?
Gunakan kejadian ini untuk meningkatkan kepercayaan klien: tunjukkan bahwa perusahaan Anda belajar dan berkembang.
Kesimpulan: Tanggung Jawab dan Reputasi di Era Visual
Dalam industri OOH, visibilitas tinggi berarti tanggung jawab yang tinggi pula. Di tengah masyarakat Indonesia yang beragam dan semakin vokal, keberhasilan kampanye bukan hanya soal desain yang menarik, tetapi juga sensitivitas dan kecepatan respons terhadap publik.